Selasa, 23 Desember 2014

Pemilik 4 Bisnis Kejar Gelar Sarjana

Daniel Fine adalah pendiri dan pemimpin sedikitnya empat perusahaan. Kini, di usianya ke-21 tahun, Daniel pun mengejar gelar sarjananya di Wharton School, University of Pennsylvania.
Dua tahun lalu, Daniel mendirikan Glass-U. Perusahaan dengan 10 karyawan ini memproduksi kacamata lipat yang mencetak brand berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat. Bahkan, Glass-U juga mendapatkan lisensi merchandise resmi untuk festival musik besar seperti Lollapalooza dan World Cup 2014. Daniel memproduksi kacamatanya di China dan mendistribusikannya ke penjuru negeri.

Saat ini, Daniel duduk di bangku kuliah tingkat akhir. Dia mendanai Glass-U dengan bantuan perusahaan tutor yang didirikannya sejak lulus SMA, NexTutors. Daniel juga mendanai Fine Prints, perusahaan pakaian yang dia dirikan sejak di bangku SMA dan Dosed, perusahaan teknologi perawatan kesehatan yang mengerjakan aplikasi smartphone untuk membantu penderita diabetes.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Daniel bercerita tentang bagaimana dia memulai wirausaha dan mengapa dia memutuskan untuk menyelesaikan pendaftaran Thiel Fellowship. Program ini memungkinkan siswa untuk keluar dari sekolah dan memulai perusahaan. Daniel juga bercerita tentang upayanya meraih gelar sarjana. Berikut kutipan wawancaranya, seperti dilansir New York Times, Kamis (18/12/2014).
Pada usia berapa Anda memulai usaha?
Ketika berusia 11 tahun, adik saya, Jake yang berumur tujuh tahun didiagnosa dengan diabetes tipe satu. Tidak lama kemudian kami meluncurkan Team Brotherly Love dengan motto "menyelamatkan nyawa dan menemukan obat". Ini adalah cikal bakal Juvenile Diabetes Research Foundation dan terus berkembang dari sana. Hingga kini kami telah menggalang dana sekira USD1,9 juta. Ketika menjual pakaian untuk Brotherly Love, kami menyadari bahwa jika kami mampu memproduksi pakaian tersebut sendiri, maka kami akan mendapatkan margin keuntungan yang lebih tinggi, dan dengan begitu akan lebih banyak uang untuk diamalkan. Ini adalah ide yang mendasari kelahiran Fine Prints.

Bagaimana Anda memiliki ide untuk membuat Glass-U?
Saya punya satu laci penuh dengan kacamata hitam. Kami ingin membuat produk berkualitas tinggi namun dengan harga terjangkau. Kami lalu meluncurkan bisnis ini pada Rose Bowl 2013. Saat ini kami memegang hak lisensi untuk ratusan perguruan tinggi, sebagian besar organisasi mahasiswa di Amerika Serikat dan berbagai tempat hiburan.

Penjualan seperti apa yang Anda raih pada tahun pertama?
Kami tidak menyampaikan angka penjualan. Yang jelas, kami menjual 10 ribu unit kacamata.
Bisa ceritakan, kacamata apa ini?
Mereka dapat dilipat. Kacamata ini juga disimpan di kantung kecil yang imut, dan sekarang kantungnya juga berlisensi. Kacamata berlisensi ini kami banderol USD12,99. Dan kacamata asli tanpa logo lain kecuali Glass-U dihargai USD9,99.
Bagaimana Anda mendapat hak lisensi pada Piala Dunia 2014?
Sejak meluncurkan produk ini saya selalu berkata, "Dapatkah kau bayangkan jika kita membawa kacamata ini ke Piala Dunia?" Dulu itu benar-benar hanya mimpi. Kemudian, salah satu teman saya yang mencintai sepakbola dan bermain di University of Pennsylvania mengejar panitia Piala Dunia untuk saya. Sayangnya, saya mengalami kecelakaan bersepeda yang cukup parah, mematahkan tulang saya dan benar-benar lupa dengan Piala Dunia. Pada November 2013, ketika melihat logo Piala Dunia, saya lalu berpikir, apa yang terjadi ya?

Saya kemudian melihat kembali email yang dikirimkan Ben kepada kepala lisensi untuk FIFA. Saya menulis email ke mereka, memperkenalkan diri dan menanyakan kabar pengajuan lisensi. Ternyata, prosesnya sudah ditutup dan saya diminta menghubungi mereka kembali untuk Piala Dunia 2018.

Saya kirim email lagi dan bertanya siapa yang mendapat hak pembuatan pakaian dan aksesoris Piala Dunia 2014. Ternyata yang menang adalah Adidas dan satu perusahaan lain. Lalu saya minta kontak orang di perusahaan tersebut dan nekat menelefonnya, padahal saya tidak kenal orang itu. Ternyata saya tersambung dengan direkturmya langsung yang juga familiar dengan produk kami. Itulah cerita bagaimana kami menjadi pemegang lisensi resmi untuk FIFA.

Anda mempertimbangkan untuk melamar Thiel Fellowship, sebuah program pendanaan bernilai USD100 ribu untuk meninggalkan sekolah dan mengejar mimpi Anda?
Saya lolos hingga tahap kedua, tetapi tidak menyelesaikan lamaran saya. Di University of Pennsylvania, saya belajar di ruang kelas. Tetapi banyak keuntungan yang saya dapatkan dengan berada di sini dan tumbuh sebagai seseorang dan belajar tentang siapa saya, dan akan menjadi apa saya?
Apakah gelar akademis itu penting?
Di Sillicon Valley, tidak masalah jika kita tidak memiliki gelar akademis. Tetapi jika Anda melihat sektor lain seperti kedokteran atau keuangan, orang melihat gelar akademis sebagai aset wajib. Tumbuh dengan orangtua yang berprofesi sebagai dokter dan bekerja dengan orang dari lingkungan tersebut telah membuktikan hal itu. Memiliki alamat email resmi dari kampus juga telah membuka banyak pintu kesempatan. Saya rasa gelar akademis adalah hal yang penting, dan akan terus menjadi penting.
Bagaimana Anda mendanai perusahaan ini?
Pada tahun pertama, saya benar-benar terikat pada keuntungan bisnis sebelumnya. Saya juga beruntung memenangi banyak penghargaan yang memberikan banyak modal.

Seperti apa hari yang biasa Anda jalani?
Hari ini saya bangun pukul 7.21 pagi, lari 5 km di pusat kebugaran, melatih kekuatan dan kemudian menerima telefon bisnis dengan calon distributor di Texas. Saya mandi, pergi ke kantor, kemudian bertemu dengan tim Management 100. Ini adalah tim berisi 10 mahasiswa baru Wharton yang bekerja untuk proyek Team Brotherly Love. Saya kembali ke sini dan berbicara dengan Anda.

Dalam setengah jam, saya harus kuliah Management 104 disambung dengan Stat 102 hingga 4.30 petang. Lalu saya ada rapat lain diteruskan dengan hang out sebentar bersama teman sekira pukul 5.30 dan bersiap mendatangi acara teman. Saya mungkin akan kembali ke kantor pukul tujuh sekira setengah hingga satu jam untuk memeriksa beberapa hal. Kemudian saya akan makan malam dengan teman dan kembali ke kantor selama sejam. Setelah itu saya mungkin akan ke sekretariat organisasi kampus dan kemudian bekerja lagi hingga sekira pukul satu pagi.
Bagaimana dengan tugas kuliah?
Itu jadi perjuangan tersendiri. Saya tidak memiliki cukup waktu dalam sehari. Saya mahasiswa dengan nilai rata-rata B, dan itu tidak masalah buat saya. Saya tidak perlu menjadi mahasiswa unggulan di kelas, dan saya tidak melamar untuk pekerjaan yang mencari kandidat dengan nilai IPK tertentu.

Apa fokus rencana Anda setelah lulus kuliah?
Dosed. Ini adalah solusi mobile yang dimaksudkan merevolusi cara para penderita diabetes mengatur dan melacak dosis insulin mereka. Produk ini akan menjadi solusi masalah perkiraan. Ketika seseorang melihat hamburger dan berkata, "Oke, makanan ini memiliki 30 karbohidrat." Tetapi sebenarnya indeks karbohidrat di hamburger itu adalah 37, maka si penderita diabetes akan mengambil dosis insulin yang salah.
Usaha ini sebenarnya lahir dari sebuah ketidaksengajaan. Seorang teman yang merupakan fellow di program Thiel datang ke Pennsylvania untuk sebuah acara. Kami makan malam bersama dan saya bercerita padanya tentang masalah yang dihadapi penderita diabetes seperti adik saya. "Ingin melakukannya?" kata si teman. Kami lalu bergadang semalaman dan menggelontorkan ide ini kemudian memenangi sebuah penghargaan untuk terobosan teknologi dan kesehatan dalam delapan jam kemudian. Perusahaannya sendiri berdiri pada Maret lalu.

Ini adalah hal yang penting bagi saya. Jake didiagnosa menderita diabetes di RS Anak Philadelphia satu dekade lalu. Musim panas ini dia magang di departemen endokrinologi dan sekarang mengerjakan tes beta dengan mereka. Semua saling melengkapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar