Peluang bisnis bisa muncul dari mana saja.
Bahkan, tragedi yang menimpa keluarga dapat menjadi sebuah ide bisnis.
Seperti kisah lahirnya situs I Need A Specialist (Inas).
Cikal bakal Inas bermula kala Michelle Lemin, sang pendiri, mengalami kejadian pahit. Saat itu, suaminya terserang leukimia dan butuh pertolongan yang cepat, tanpa melalui prosedur rumah sakit yang membosankan.
Suami Michelle yang bernama Darren Lemin, punya kesempatan hidup hanya delapan minggu. Sementara itu, untuk mendapat kunjungan dokter spesialis, dia harus menunggu hingga satu bulan.
Michelle yang berpengalaman 19 tahun di industri kesehatan, mencoba mengerahkan jaringannya. Tujuannya hanya satu: suaminya lekas ditangani dokter spesialis.
Seluk beluk proses kerja para spesialis sudah dihapal betul oleh Michelle. Hasilnya, hanya butuh waktu empat hari saja, suaminya sudah mendapat perawatan dokter spesialis.
"Dia (suami) menjalani tiga kali kemoterapi dan kami hampir kehilangan dia beberapa kali. Tetapi, dia di sini untuk menceritakan kisah tersebut dan itulah tugas kita sekarang," kata Michelle dalam sebuah wawancara dengan Sydney Morning Herald.
Perjuangan mempertahankan hidup yang dialami Darren dengan cepat menyebar. Mulanya, kalangan terdekat seperti saudara, teman, dan kerabat. Mereka meminta bantuan Michelle untuk mengakses tenaga spesialis.
Memang, di Australia, untuk bertemu dokter spesialis membutuhkan waktu. Harus melewati perjanjian lantaran banyaknya pasien.
"Jadi, dari waktu ke waktu orang menghubungi saya untuk bertanya tentang waktu tunggu, janji, dan ketersediaan spesialis. Bahkan, mereka minta rekomendasi spesialis ke saya," katanya.
Melihat makin banyaknya permintaan, Michelle berinisiatif membuat direktori spesialis di ranah maya. Tidak sekadar daftar dokter spesialis, Michelle memberikan layanan layaknya perantara antara pasien dan spesialis. Fungsinya, untuk mempercepat pembuatan janji, sehingga pasien dengan cepat ditangani spesialis.
Michelle menekankan, Inas bukanlah tentang melewatkan antrean, atau kecurangan daftar tunggu. "Yang kita lakukan adalah jika pasien datang kepada kita dan berkata, 'Aku menunggu dokter anak selama enam bulan," katanya.
Maka sistem Inas akan mencari keberadaan dokter sesuai dengan tempat tinggal pasien. Lalu, Michelle akan mencarikan kamar bagi pasien itu di dokter spesialis tersebut. "Kami sudah membantu ratusan orang. Ini semua berhasil menghilangkan kekhawatiran mereka," katanya.
Seperti pengalaman Melissa Flentjar. Saat itu, dia terkejut ketika anak perempuannya mendadak kejang dan tak bisa bernafas saat makan siang. Putri berusia empat tahun itu diketahui menderita anafilaksis, semacam alergi.
"Kami panggil ambulans dan dia dibawa ke rumah sakit. Tapi kami disuruh pulang dan kemudian hal yang sama terjadi malam berikutnya," kenangnya.
Dokter yang saat itu menangani, memberi saran agar Melissa membawa putrinya ke spesialis alergi anak. Namun, untuk bertemu ahli alergi itu, harus menunggu waktu lima bulan.
Melissa lantas menceritakan kejadian itu di jejaring sosial. Dan, dia mendapat saran untuk mencoba layanan Inas. Benar saja, setelah mengakses Inas, anaknya bisa ditangani tenaga spesialis hanya dalam waktu 11 hari. Tak perlu lima bulan menunggu.
"Aku takut memikirkan yang terjadi. Alergi itu bisa menyebabkan kematian, jika terlambat ditangani," tuturnya.
Inas hanya dioperasikan lima karyawan. Inas tidak memungut biaya bagi kliennya, baik pasien maupun spesialis. Model bisnis Inas adalah periklanan. Setidaknya, begitulah yang mereka klaim saat ini. Sayangnya, tidak disebutkan berapa penghasilan Inas.
Yang pasti, perlahan-lahan layanan Inas mulai diminati. Tak saja pasien, tetapi kalangan spesialis. Michelle bilang, banyak spesialis, terutama mereka yang baru lulus, atau baru mulai praktik bergabung dengan Inas
Cikal bakal Inas bermula kala Michelle Lemin, sang pendiri, mengalami kejadian pahit. Saat itu, suaminya terserang leukimia dan butuh pertolongan yang cepat, tanpa melalui prosedur rumah sakit yang membosankan.
Suami Michelle yang bernama Darren Lemin, punya kesempatan hidup hanya delapan minggu. Sementara itu, untuk mendapat kunjungan dokter spesialis, dia harus menunggu hingga satu bulan.
Michelle yang berpengalaman 19 tahun di industri kesehatan, mencoba mengerahkan jaringannya. Tujuannya hanya satu: suaminya lekas ditangani dokter spesialis.
Seluk beluk proses kerja para spesialis sudah dihapal betul oleh Michelle. Hasilnya, hanya butuh waktu empat hari saja, suaminya sudah mendapat perawatan dokter spesialis.
"Dia (suami) menjalani tiga kali kemoterapi dan kami hampir kehilangan dia beberapa kali. Tetapi, dia di sini untuk menceritakan kisah tersebut dan itulah tugas kita sekarang," kata Michelle dalam sebuah wawancara dengan Sydney Morning Herald.
Perjuangan mempertahankan hidup yang dialami Darren dengan cepat menyebar. Mulanya, kalangan terdekat seperti saudara, teman, dan kerabat. Mereka meminta bantuan Michelle untuk mengakses tenaga spesialis.
Memang, di Australia, untuk bertemu dokter spesialis membutuhkan waktu. Harus melewati perjanjian lantaran banyaknya pasien.
"Jadi, dari waktu ke waktu orang menghubungi saya untuk bertanya tentang waktu tunggu, janji, dan ketersediaan spesialis. Bahkan, mereka minta rekomendasi spesialis ke saya," katanya.
Melihat makin banyaknya permintaan, Michelle berinisiatif membuat direktori spesialis di ranah maya. Tidak sekadar daftar dokter spesialis, Michelle memberikan layanan layaknya perantara antara pasien dan spesialis. Fungsinya, untuk mempercepat pembuatan janji, sehingga pasien dengan cepat ditangani spesialis.
Michelle menekankan, Inas bukanlah tentang melewatkan antrean, atau kecurangan daftar tunggu. "Yang kita lakukan adalah jika pasien datang kepada kita dan berkata, 'Aku menunggu dokter anak selama enam bulan," katanya.
Maka sistem Inas akan mencari keberadaan dokter sesuai dengan tempat tinggal pasien. Lalu, Michelle akan mencarikan kamar bagi pasien itu di dokter spesialis tersebut. "Kami sudah membantu ratusan orang. Ini semua berhasil menghilangkan kekhawatiran mereka," katanya.
Seperti pengalaman Melissa Flentjar. Saat itu, dia terkejut ketika anak perempuannya mendadak kejang dan tak bisa bernafas saat makan siang. Putri berusia empat tahun itu diketahui menderita anafilaksis, semacam alergi.
"Kami panggil ambulans dan dia dibawa ke rumah sakit. Tapi kami disuruh pulang dan kemudian hal yang sama terjadi malam berikutnya," kenangnya.
Dokter yang saat itu menangani, memberi saran agar Melissa membawa putrinya ke spesialis alergi anak. Namun, untuk bertemu ahli alergi itu, harus menunggu waktu lima bulan.
Melissa lantas menceritakan kejadian itu di jejaring sosial. Dan, dia mendapat saran untuk mencoba layanan Inas. Benar saja, setelah mengakses Inas, anaknya bisa ditangani tenaga spesialis hanya dalam waktu 11 hari. Tak perlu lima bulan menunggu.
"Aku takut memikirkan yang terjadi. Alergi itu bisa menyebabkan kematian, jika terlambat ditangani," tuturnya.
Inas hanya dioperasikan lima karyawan. Inas tidak memungut biaya bagi kliennya, baik pasien maupun spesialis. Model bisnis Inas adalah periklanan. Setidaknya, begitulah yang mereka klaim saat ini. Sayangnya, tidak disebutkan berapa penghasilan Inas.
Yang pasti, perlahan-lahan layanan Inas mulai diminati. Tak saja pasien, tetapi kalangan spesialis. Michelle bilang, banyak spesialis, terutama mereka yang baru lulus, atau baru mulai praktik bergabung dengan Inas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar